BERBAIK DIRI DALAM IMAN, ILMU, AMAL, AKHLAK

JIWA INI NYATA TELAH DIPERJUALBELIKAN UNTUK KEMENANGAN, MENUJU JANNAH YANG DINANTI

catatan manis

Sabtu, 23 Oktober 2010

FoSSEI itu....(menurut saya)


Tentang FoSSEI

Organisasi ini yang mengajarkan saya banyak hal tentang ukhuwah tentang dakwah dan tentang ilmu yang membuat diri semakin menguatkan tekad untuk istiqomah dan berjuang di jalan dakwah ini.
Sebenarnya saya dulu ketika ditawari untuk membantu saudara yang menjadi presnas begitu ogah dan ragunya, namun setelah dipikir-pikir panjang dan dengan permohonannya maka saya putuskan untuk membantunya ya sebatas membantu saja tak lebih, posisi tetap pada kaderisasi seperti di CIES. Berjalannya waktu yang saya kira hanya satu tahun saja untuk kepengurusan saya namun ternyata diperpanjang.. duuh semakin diri ini terikat deh…..dan semakin hati ini melekat pada regional-regional yang pernah saya dampingi bahkan sampai sekarang saya pun masih sering disms mereka……sudahlah bukankah ukhuwah itu tak terbatas ruang, jarak dan waktu ya tak pa saya akan terus jadi saudara mereka, bahkan berharap sampai ke akhirat, aneh juga ketika keterikatan hati ini sesama saudara yang kita pun tak pernah bertemu namun ikatannya begitu kuat sekali bahkan sangat kuat yang menghadirkan pada setiap do’a-do’a rabithah ini dan doa untuk saling menguatkan, tak pernah bertatap muka, tak pernah berjabat tangan namun saling memberi tausiah, materi ekonomi islam, diskusi selalu mengalir dalam komunikasi kita…

Tak terasa rasa sayang meresap dalam hati secara halus, menyayangi dakwah ini, menyayangi ekonomi islam, suka diskusi dan saling membaca serta berbagi ilmu, menyayangi mereka para pejuangnya menyayangi dakwah ini, menyayangi organisasi ini dan yang penting sayang itu karena bermuara kepada Allah ya hanya kepada Allah karena berharap pertemuan denganNya bersama saudara-saudara yang sama-sama berjuang disini yang bersama mewujudkan ekonomi islam, menerawang cita-cita itu, saya semakin menguatkan tekad untuk tetap disini, memilih dengan pilihan berdasar pada keyakinan penuh kepada Allah saya yakin Allah pasti memudahkannya walau dibayar dengan usaha keras untuk mentarbiyah diri dalam ilmu ekonomi islam yang sebelumnya mungkin saya jarang memberikan kontribusi terbaik untuk ini… namun tekad itu akan kubajakan… Ya Allah kuatkan untuk mencapai visi saya untuk lanjut S2 di luar negeri dengan ilmu ekonomi islam yang kelak lanjut pada S3 yang diiringi untuk memperbaiki diri kemudian keluarga masyarakat dan lanjut kepada Negara…..

Banyak hal yang saya peroleh dari organisasi ini selain ukhuwah tapi keimanan dan komitmen serta karya nyata yang dibutuhkan untuk perbaikan diri dan bangsa ini. Menurut saya itu menjadi bekal penting untuk perjalanan selanjutnya, mungkin diri ni yang masih sangat lemah sehingga terus menguatkan diri dan berada terus dalam lingkaran iman itu agar keterjagaannya senantiasa menyertai.

Organisasi ini mengajarkan banyak hal.
Ketika kita berada pada posisi sebagai pelayan maka lakukan yang terbaik dengan rasa untuk saling menyayangi untuk saling memberi untuk saling menguatkan kemudian menjelma menjadi karya nyata.
Maka

Untukmu Kader FoSSEI dakwah ini tidak mudah namun tak sulit..

Untukmu saudaraku
Tentang ukhuwah kuatkan tekad serta lakukan yang terbaik untuk bangsa ini dengan saling menyayangi ( mungkin terlalu lebay sepertinya namun ini lah yang membuktikan hasil karya nyata) Rosulullah begitu kuatnya bertahan dalam berdakwah ya karena rasa cintanya kepada umatnya, bahkan menjelang wafat beliau berkata umati, umati, umati, begitulah Rosul tercinta kita, sedang kan kita?
Bersapa saudara saja jarang, menegur bahkan mendoakan serta member sangat jarang sekali bagaimana kita bisa menguatkan dakwah ini jika di internal kita masih ada keengganan untuk berbagi, namun FoSSEI bukanlah organisasi seperti itu karena dia menempatkan ukhuwah sebagai jargonnya tinggal pembuktiannya saja bagaimana kita senantiasa menghadirkan saudara-saudara kita dalam setiap doa-doa kita, saling menasehati, memberi, menyemangati serta saling berlomba untuk kebaikan.. inilah kuncinya dari ukhuwah itu,

Tentang dakwah
Organisasi ini bukanlah organisasi biasa yang sekedar berkumpul kemudian membuat visi dan misi yang diejahwantahkan menjadi program kerja namun disi ni kita berdakwah ekonomi islam, menjadikan sekitar kita lebih banyak mengenal ekonomi islam, menjadikan para pejuangnya lebih tahu tentang ekonomi islam dan hakikat dari aktifitas ekonomi kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah ya apakah para anggotanya dengan mengikuti acara-acara FoSSEI ini semakin menambah iman mereka, semakin takut tidak dengan Allah sehingga dari proses itu menghasilkan kerja dan karya yang lebih professional karena ini adalah bekal di yaumul hisab kelak. Maka FoSSEI tetaplah menjadikan dakwah ini berkembang dengan pesat se antero negeri ini, memperhatikan regional-regional yang butuh bantuan,

Tentang Ilmiah
Inilah yang menjadi landasan kita, landasan untuk memberikan kontribusi terbaik untuk negeri ini, dengan berilmu dengan semangat untuk berkompetisi menjadikan FoSSEI memiliki cahaya tersendiri untuk perbaikan umat. Jadi ingat tausiyah pak ali sakti FoSSEI ini tidak seperti KAMMI, HMI, PMII atau pergerakan lain yang mengandalkan semangat perubahan saja namun FoSSEI adalah organisasi ilmiah maka setiap kadernya dan anggotanya harus kuat secara teori-teori ekonomi dan pemikirannya selalu berdasar pada keilmiahan (aaah untuk yang ini saya masih harus sangat bekerja keras dan lebih agar segera terwujud cita-cita itu)
Negara ini tak hanya butuh da’i-da’I yang militan namun sangat butuh ilmuan-ilmuan yang lebih militan yang berjiwa pejuang (ya Allah ijinkan saya menjadi salah satunya dan yang terdepan)..
Maka budaya-budaya ilmiah menjadilah kebiasaan-kebiasaan kita seperti membaca, menulis, dan berdiskusi….

Saat ini mereka masih rakernas
Ada harap, doa dan karya untuk mereka dari diri ini..
Sebelumnya diri sudah mempersiapkan perbekalan untuk datang ke solo bahkan setiap doa tertorehkan selesai sholat, rindu mencari ilmu bersama, rindu bertegur sapa bersama mereka, rindu untuk saling memberi, rindu untuk saling sharing, rindu untuk saling menguatkan, rindu untuk memberi info, rindu untuk berkompetisi dan mengkaji ilmu itu.. ya kerinduan itu tersemai dalam doa …
Sebenarnya sudah beberapa hari sebelum rakernas adik-adik sudah bertanya, mbak ikut rakernas yuuk, mbak kutunggu di solo, mbak saya pingin banyak sharing ma anti, mbak saya ingin bertemu dengan anti…. Hmmm sebenarnya budget udah tersedia adiku namun beberapa pertimbangan menjadi pilihanku….
Tak ingin ku mengulangi seperti perjalanan rapimnas dulu yang harus berangkat sendiri ke semarang menaiki kereta itu, tak ingin kumengulangi seperti temilnas jogja yang memutuskan diri untuk berangkat sendiri juga dan tak ingin mengulangi keberangkatan sendiri menuju temilnas bali, sungguh tak ingin ku mengulanginya karena setiap perjalanan sendiri walau mungkin nyaliku berani sekali, walau mungkin teman-teman menganggap bahwa saya ini hampir.. aah biarlah..
Saat ini saya teringat dengan hadist Rasulullah bahwa sebaik-baik tempat untuk wanita adalah di rumah, mengingat pula ketika perjalanan jauh seorang wanita sendirian dapat menimbulkan fitnah dan teringat dengan nasehat seorang saudara untuk mengurangi perjalanan sendiri itulah yang menjadi pertimbangan saya,

Semoga doa ini sampai pada mereka, doa dari seoarang kakak yang mengharap diri dan adik-adiknya selalu memperbaiki diri bersama kapal FoSSEI ini…
Semoga komitmen ini akan tetap terjaga untuk mengembangkan ekonmi islam dimanapun berada walau dah ga aktif di kepengurusan namun ruh dan jiwa-jiwa ini semoga tetap membersamai…Insya Allah

Ditulis sebagai pengganti diri untuk adik-adikku yang bertanya dan yang kusayangi yang akan meneruskan estafet ini….
Semoga Allah senantiasa memberkahi dan menyayangi kita semua melalui FoSSEI
Sabtu, 23 Oktober 2010

Selasa, 12 Oktober 2010

SAKSI


PAGI ini ....

kumulai aktifitas seperti biasanya hanya saja pagi ni erangkat lebih pagi sekitar setengah enam lebih... dengan motor itu saya libas jalanan pagi yang masih sepi dengan kecepatan penuh... antara 60 sampai 80 km perjam...
ya.. walau pagi ini bukan karena telat saya memulai aktifitas namun pagi ini saya berharap rejeki itu lebih cepat kujemput...ya di jemput dengan cepat.....
dengan kerja keras dan karya yang maksimal pada titik maksimalisasi kerja....

setiap aktifitas pagi selalu kumulai dengan motor itu...
mengantar dan menjemput anak sekolah yang lebih dari 2 anak(ya belajar lah menjadi ibu rumah tangga) sudah hampir 8 bulan saya jalani aktifitas ini, aktifitas yang semakin mengingatkan saya, menganggumi, belajar serta bekerja lebih untuk anak-anak saya kelak....tidak tahu job itu datang dengan tiba-tiba yang para umahat begitu percayanya dengan saya untuk menitipkan putranya,....
banyak pelajaran yang saya dapat dari profesi sampinganku ini namun belum saatnya saya jelaskan sekarang...
aaah... aku beda dengan akhwat yang lain.. aku harus kerja lebih ekstra dan lebih cerdas lagi..untuk menghasilkan karya yang terbaik kelak....
itu aktifitas setiap pagi dan siang menjelang sore...
pelajaran yang kudapati tadi pagi amat berharga sekali..
karena dalam 2 kali mengantar anak sekolah tidaklah mudah karena bisa saja diri ini mendzolimi jikalu telat... ya setiap perjalanan itu selalu berharap agar kerja-kerjaku ini tidak mendzolimi diri, dan sekitar...karena bisa jadi kita bekerja dengan kerasnya namun banyak harta yang menjadi penyebab kedzoliman...
itulah yang saya renungkan tadi pagi....

maka saya kembalikan pada fokus dan tujuan saya untuk lebih menghasilkan karya yang terbaik biarlah kisah-kisah keakhwatan saya yang mungkin kata teman-teman terlalu tangguh untuk kapasitas akhwat namun tidak dalam pikiran saya tooh kerjaan-kerjaan saya cuman mencari bekal harta lebih untuk akhirat dan lebih untuk kebermanfaatan...

kata teman saya memang mandiri namun hati kecil ini belum berharap di cap seperti itu....
ingin kembali saya luruskan apa yang ada dalam catatan visi saya beberapa tahun lalu
tentang cita-cita itu yang bukan hanya sekedar menjadi akhwat tangguh(kata teman teman)... namun keinginan untuk lebih disibukan pada tolabul ilmi tanpa batas....
kalo perlu sampai profesor... ya....(walau sekarang lagi masa nikmatnya bergulat dengan literatur, jurnal dan pc ini yang harus kubayar lebih mahal dengan ketekunan untuk meraih gelar itu)

berharap cinta itu semakin menguatkan untuk mengembangkan ekonomi islam dengan terus belajar tanpa batas karena diri ni masih sangat lemah dan masih butuh lebih banyak berkontribusi untuk bangsa, kelak gelar professor itu pasti kuraih...pasti itu yang spesifik pada pemberdayaan perekonomian pada perempuan melalui ekonomi islam....aaah,,,,semakin ingin kumenyegerakan...
Indonesia ini tak hanya butuh da'i yang militan namu butuh ilmuwan yang lebih militan dan berjiwa pejuang. ya Allah permudah langkah hamba untuk meraihnya...segera...

dengan mentauladani bunda khodijah dengan kekayaannya yang merahmat...
mentauladani bunda aisyah dengan ilmunya yang bisa memberi....
mentauladai fatimah dengan qonaah dan kesederhanaan yang membawa ketenangan...
mentauladani zainab dengan ketangguhan dan keteguhannya yang dapat menguatkan dakwah ini....

bissmillah menyakinkan diri untuk fokus pada dakwah ilmiah ini karena perekonomian bangsa yang menunutut diri untuk berkontribusi lebih............
memerangi siakp wahn, ketamakan, keserakahan, kapitalisme...
sibukkan hamba pada kegiatan-kegiatan ilmiah, berbagi, dan memotivasi....
(semoga catatan ini manjadi saksi untuk terus memperbaiki diri)
Wanita Perlu dengan Ekonomi Islam

teringat kisah umair bin sa'ad ketika menjadi gubernur...

waktu itu adalah ketika umair membagikan zakat kepada masyarakat kemudian tersisa dua keping dirham saja....

namun umair bertanya hak siapakah ni? hak siapakah ini?

tidak ada yang mengaku kemudian umair berkata siapakah yang lebih membutuhkan....



sedikitpun umair tak tergiur untuk memiliki.. sungguh..

itulah contohnya pemimpin yang tidak silau pada harta dunia....

begitulah... sekarang adakah? siapkah kita menggantikan?



ada pula cerita aisyah yang dalam kamarnya pun paling tak ada perabot diantara kamar-kamar istri Rosulullah yang lain..

namun dari kamar itulah wahyu paling banyak turun daripada kamar lain....



ada pula khodijah yang kaya raya namun tak menjadikan harta di hati namun hanya ditangan dan menjadikan harta-harta itu fasilitas untuk mendekatkan diri pada Allah dan mengembangkan dakwah...



duuh sungguh rindu ketelaudanan seperti mereka...



malunya diri ini ketika fasilitas sudah banyak kita dapat...

harta-harta kita, ilmu, waktu jarang kita manfaatkan untuk mengabdi pada ALLAH....



sedikit merenungi dan mengamati dari penyakit dunia yang ditakuti Rasulullah diakhir zaman adalah Wahn(cinta dunia) dan takut mati...

malunya karena kita masih menempatkan harta di hati...

seringnya berfoya-foya, menyia-nyiakan harta kita, sering boros, serakah, hmmm

(dalam hati berkecambuk, apakah orang-orang seperti ini layak untuk memperjuangkan ekonomi islam jikalau dalam diri masih ad apenyakit wahn,suka kemubadziran, berboros-boros, layak tidak>?)



ternyata kapitalisme itu tidak menyerang ekonomi tingkat dunia namun sangat mungkin sikap-sikap kapitalisme itu masih muncul pada diri pribadi ya karena seringnya kita bertransaksi kurang adil.... dengan menawar yang serendah-rendahnya kemudian membeli tidak berdasar kebutuhan namun keinginan...



negara kita yang kaya raya ini menjadi incaran bagi kaum kapitalis terutama kaum PEREMPUAN...

ya PEREMPUAN... sering sekali kami digoda dengan mode-mode yang aaah... bisa jadi mencuri pandangan dan hati ini...

seringnya kita masih dengan mudah dirayu untuk beli barang sana sini yang sebenarnya masih banyak yang butuh...



ya kaum kapitalis menyerang wanita terlebih dahulu....

karena memang fitrah wanita yang menyukai keindahan, kemolekan, mungkin juga mencintai harta....

disinilah peran kita para wanita yang paham untuk saling memahamkan...



tidak ada yang menjamin akhwat aktivis dakwah terhindar dari penyakit ini..

masih sering melihat dan mengalami akhwat pun sering dengan mudahnya pergi ke mall kemudian beli ini beli itu tanpa pertimbangan...

mengikuti modis yang berlebihan.. kemudian melupakan

esensi kita sebagai akhwat... kita lupa tentang makna tabarruj yang berlebihan....



ya dari kita tak ada yang menjamin bisa lepas dari penyakin wahn...

termasuk diri ini...

yang senantiasa belajar dan terus belajar agar tidak silau dengan dunia ini....

ya ini peringatan...

kita wajib KAYA namun tidak untuk mengkayakan untuk diri....



semakin belajar disini berusaha memaknai sedikit demi sedikit arti ekonomi yang sesungguhnya...

sering kita peroleh ilmu ekonomi berasal dari oikos dan nomos yaitu rumah tangga dan kebutuhan

namun pengertian sesungguhnya adalah ekonomi ini adalah sarana untuk bekal ke akhirat...



duuh gusti maafkan jikalau harta-harta kami masih banyak yang tidak Engkau ridhoi...

ampuni jikalau harta-harta ini masih banyak menimbulkan kedzoliman bagi yang lain.....



hasil merenung...

blm memasukkan banyak teori....

suatu saat ini adalah kepingan cita-cita untuk peadaban itu...

(salah satu spesifikasi yang saya mau.. kepengin sebelum menjadi buku)

Kamis, 07 Oktober 2010

ಇಸ್ತ್ರಿ ಸ್ಯಹಿದ್ ಹಸನ್ ಅಲ banna

Tidak mudah menjadi istri seorang Hasan Al Banna. Seorang yang setiap detik kehidupannya sarat dengan kegiatan dakwah. Di pagi buta dia sudah bergegas untuk memulai berdakwah dan kembali pulang di gelap malam. Bisa dipastikan ia adalah seorang muslimah sejati, yang bisa mengisi kekosongan-kekosongan yang ditinggalkan oleh Imam Syahid Al Banna.

Adalah Lathifah As Suri perempuan itu. Ia berdiri disamping Imam Syahid Hasan al Banna. Sejak awal Imam Syahid telah menegaskan bahwa ia butuh seoraang muslimah yang kokoh, yang tak lekang dan surut oleh banyaknya halangan dan rintangan dalam berdakwah. Perjuangan Imam Syahid bukanlah suatu hal yang main-main, bukan hanya sekedar dakwah seperti kebanyakan orang waktu itu. Bukan hanya sekedar membangun rumah kardus. Imam Syahid tengah dan hendak membangun peradaban. Dan ia percaya, peradaban tak akan pernah terwujud, tanpa seseorang yang yakin kesejatiannya.

Maka siapapun itu -pendampingnya- harus menyadari bahwa dipundaknya ada amanah yang sama besarnya dengan yang diemban oleh Imam Syahid. Ada dimensi waktu dan kuasa kapital disitu. Maka pertemuan diyakini menjadi suatu hal yang mahal bagi Imam Syahid dan istrinya.

Bagi Lathifah as Suri menjadi istri Hasan Al Banna minyimpan begitu banyak geregap. Sejak awal pernikahan, Lathifah sedah menyadari bahwa ia harus siap jika sewaktu-waktu dia harus menjalani hidup sendiri tanpa seseorang, tempat berlaabuh hidup dan cintanya.

Dakwah Ikhwan yang dipimpin suaminya banyak meminta resiko yang bukan main-main. Penjara bahkan nyawa menjadi konsekwensi logis, yang sewaktu-waktu siap menyapanya.

Tanpa diminta, Lathifah sudah tau dan mengerti bagaimana ia harus menempatkan diri. Ia memutuskan menutup seluruh aktivitas luarnya. Hanya satu yang ia curahkan, jihad utamanya adalah dilingkungan rumahnya sendiri. Mengurus rumah tangga dan membesarkan anak-anak mereka berdua adalah dua hal yang tidak kalah pentingnya dengan yang dilakukan oleh Hasan Al Banna.

Lathifah berasal dari keluarga yang taat beragama. Tak heran jika ia menyadari betul tuntutan hidup menjadi istri seorang dai.

Malam, ia harus rela untuk bangun menyambut kepulangan suaminya. Walau tak jarang Imam Syahid berlaku sangat hati-hati, bahkan hanya untuk membuka pintu rumah sekalipun. Jauh dilubuk hatinya, Imam Syahid tidak ingin mengganggu tidur bidadari terkasihnya yang telah seharian mengurus rumah dan anak-anak mereka. Imam Syahid bahkan tak segan untuk menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri. Indah nian hidup dalam pelukan dakwah.

Lathifah tidak pernah mengeluh, walau sehari-hari hanya ia habiskan seputar rumah dan rumahnya saja. Ia tidak pernah menuntut lebih kepada Imam Syahid. Padahal -berlepas diri dari ia seorang istri Imam Syahid- Lathifah menyimpan banyak potensi. Anak-anak mereka yang berjumlah enam orang sesungguhnya adalah pencurahan konsentrasinya menjalani hidup. satu-satunya yang membuat dirinya gamang adalah, ketika salah satu anak mereka sakit keras dan Imam syahid harus tetap menjalani jihadnya. Ia bertanya kepada suaminya, "Bagaimana jika anak kita meninggal ?" Imam Syahid hanya menarik napas panjang, kemudian berujar, "Kakeknya lebih tau bagaimana mengurusnya".

Sejak dini, Lathifah menanamkan wawasan keislaman pd anak-anaknya. Mendorong mereka untuk membaca, sehingga dalam hidupnya mereka tidak terpengaruh dengan seruan-seruan destrutif. Ketika Imam Syahid bolak - balik keluar penjara, Lathifah berusaha bersabar dan komitmen.

Lathifah sangat menyadari peran dan kewajiban asasi seorang wanita sebagai istri dan ibi bagi anak-anaknya. Ia kosongkan waktunya untuk mendidik anak-anaknya. Ia bahagia melihat anak-anaknya sukses dalam hal akhlak dan amal. Ini tak mungkin terjadi jika seorang ibu sibuk di luar rumah. Seorang anak tak mungkin belajar tentang akhlak dan amal dari orang selain dari ibunya.

Ketika Hasan Al Banna syahid, anak-anaknya belumlah dewasa. Lathifah tidak lantas menyerah. Tak ada kesan ketakutan dalam hatinya. Ia sangat memelihara apa yang dikehendaki oleh mendiang suaminya. Ia tetap berlaku di dalam rumah. Lathifah tidak meremehkan hudud yang Alloh tentukan. Karenanya, tak heran diantara anak-anaknya tidak ada ikhtilat antara anak-anaknya dan sepupunya yang berlainan jenis.

Tidak ada yang berubah di rumah ituApa yang Imam Syahid inginkan berlaku di keluarganya masih tetap dipegang teguh oleh Lathifah. Sendirian ia membesarkan anak-anaknya. Di rumahnya ia kini mempunyai tugas tambahan, yaitu memperdalam wawasan keislamannya dgn membaca al Qur'an dengan tafsirnya, mempelajari Sunah Rasululloh saw. yang dilanjutka dengan usaha kuat untuk menerapkannya. Lathifah masih menyempatkan diri mempelajari sejarah para salafussalih dan berita seputar dunia Islam. Lathifah menyadari menyepelekan masalah ini akan memunculkan persoalaan serius. Seseorang yang tidak menambah pengetahuan keIslamannya, akan merasa sulit untuk bangga dengan keagungan dan kebesaran Islam. Dengan pemahaman Islam yang baik, seorang wanita akan menyadari betapa penting perannya trhadap keluarga dan masyarakat.

Perjuangan Lathifah membuahkan hasil yang gemilang. Semua anaknya sukses meraih predikat formal dalam pendidikan ilmiyah. Semua itu adalah bukti, betapa berartinya sosok ibu bagi keberhasilan dakwah suami dan anak-anaknya.