BERBAIK DIRI DALAM IMAN, ILMU, AMAL, AKHLAK

JIWA INI NYATA TELAH DIPERJUALBELIKAN UNTUK KEMENANGAN, MENUJU JANNAH YANG DINANTI

catatan manis

Selasa, 24 Desember 2019

Selasa, 17 Desember 2019

jurnal 1 kelas telur buncek



Bismillah memulai kelas bunda cekatan kali ini kembali diingatkan ibu untuk kembali fokus dan prioritas. 

Bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi kita sebagai seorang perempuan, istri dan ibu. Menjadi ibu bahagia, belajar merdeka dan merdeka belajar. 

Memaksimalkan apa yang kita suka, menjadikan kita lebih mumpuni dan cekatan terhadap apa yang kita suka dan bisa. 

Sering kita melakukan banyak hal tanpa ada dan tahu arah kegiatan kita ini bakal menjadikan kita seperti apa sebab kurang sungguh sungguhnya kita mengkonsistenkan kegiatan kita, kurang fokus terhadap kegiatan yang kita sukai dan bisa ini. 

Nah di jurnal pertama kelas buncek ini kita akan bermain bagaimana kita bisa mengidentifikasi kegiatan yang kita suka dan bisa. Agar kita bisa lebih fokus untuk ini. 

Kalau saya akhir akhir ini hendak memfokuskan kegiatan pada 3 hal yaitu 
1. Bermain dengan anak 
2. Belajar maksimal terkait Al Quran 
3. Belajar dan bermain bisnis online 

Ternyata hal itu membuat saya bahagia. 

Berikut ini beberapa hal kegiatan yang saya list 

Dari kegiatan itu muncul kegiatan yang saya bisa dan sukai 

1. Main dengan anak
Wah kalau ini jangan ditanya kenapa ya. Saya selalu berbinar kalo bermain dengan sadid sebab dia yang sudah ditunggu tunggu selama 5 tahun pernikahan. Selalu ada hal yang mengejutkan ketika bermain dengan anak ini. Masya Allah dimana saya dulu hanya baca baca cerita teman dikelas bunda sayang dan hanya berbayang bayang saja namun saat ini dia hadir untuk mengisi relung yg kosong dalam hati beberapa tahun lalu. Mengambil secara nyata atau bahkan merengek untuk amanah ini maka prinsipnya jangan pernah sia siakan amanah ini maksimalkan untuk bermain bersamanya.

2. Belajar pengasuhan 
Entah selalu ada binar binar yang luar biasa ditiap kegiatan ini seakan saya tidak pernah puas untuk terus belajar. Bahkan dulu diawal pernikahan selalu getol untuk belajar sampai sampai rela mengocek uang lebih dan waktu serta jarak yang tak biasa. Selalu menemukan insight baru. Disini saya bahagia sekali jika ada kesempatan unt upgrade diri. Saat ini pun belajar pengasuhan tetap terpilah yang sesuai dengan visi dan misi keluarga. 

3. Membacakan cerita anak
Masya Allah kalau ini, hihihii... buku bertumpuk di rumah selalu berbinar ketika anak ambil buku dan milhat saya, Masya Allah rasanya kayak minum saat haus. Dimana dasarnya saya memang suka bercerita suka ngomong apalagi yang diajak cerita memberi feedback luar biasa. Sering kali saya waktu masih ngajar membacakan atau bercerita tentang sirah ananda memberikan feedback luar biasa seakan mereka haus dan ketagihan untuk diceritain lagi disinilah kepuasan, kebebinaran mata saya, kebahagiaan atau bahkan ini dunia saya. 
Menyadari hal ini saya sudah mulai fokus untuk belajar mendongeng, read aloud semoga segara ada TOTnya di Malang. Oh ya kebahagiaan saya ini jg terdukung dengan fasilitas di rumah adanya koleksi buku serta bisnis onlinenya di sini sebagai penggiat literasi dengan berjualan buku.

4. Manajemen keluarga ( buat jurnal keuangan, jurnal aktivitas) 
Nah kalo ini sesuai dengan tes temu bakatnya abah rama. Disitu tertulis saya suka administrasi. Memang benar saya suka sekali mengatur segala hal dengan tulisan walau itu kadang kurang konsisten namun saya suka sekali kalau sudah awal bulan atau akhir bulan dimana itu saat saya buat RABK ( rencana an ggaran belanja keluarga)  saya jg suka sekali menuliskan rencana kegiatan walau kadang kurang disiplin menerapkan. Sejak masa kuliah dulu saya suka berorganisasi dan disini mengajari saya untuk belajar mengkonsep membuat renstra aaah itu dulu mah hobi. Oh ya dan suka merapikan database anggota sama saat ini jg suka menyimpan nama orang atau memfollow sosmed banyak orang yang menginspirasi. 

5. Bermain sosmed untuk bisnis online 
Untuk yang ini bisa dikatakan saya dulu kayak kecanduan kali ya. Kalau sudah terperangkap dalam dunia maya seakan saya ga mampu keluar sebenarnya ini sangat tidak baik sekali, namun akhir akhir ini saya juga jarang banget main sosmed hanya untuk berkepo ria sejak hamil saya tidak suka buka sosmed setelah melahirkan hampir jarang banget, tapi akhir akhir ini setelah sadid menginjak usia 7bulan ini saya kembali gencar main sosmed tapi khusus IG hanya saja mainnya untuk IG bisnis online saja sampai sampai saya berani belajar untuk memake over IG bisnis saya dan dari sini saya berbinar sekali untuk bermain desain promo. Hampir setiap hari saya upload foto promosi kemudian diedit. Pada saat editing bahan promosi inilah membuat kebahagiaan tersendiri dalam diri sampai sampai lupa waktu... hehee 

Itulah 5 hal yang membuat saya suka dan bisa. Namun kendala terbesar saya adalah seringnya terperangkap dengan rutinitas dan kadang kurang fokus terhadap prioritas semoga dengan kembali ikut perkuliahan ini mampu menjadikan saya lebih fokus pada prioritas ini. Bismillah. 


Oh ya sebagai pelengkap jurnal yang kelak pasti disini jadi referensi saya maka akan terlampirkan hasil dari tes temu bakat. 

#janganlupabahagia
#jurnalminggu1
#materi1
#kelastelurtelur
#bundacekatan1
#institutibuprofesional


 bunda cekatan1
Tahap telur-telur

Jumat, 02 Agustus 2019

BERPIKIR VS MENGHAFAL

*BERPIKIR VS MENGHAFAL*

Pada Selasa, 28 Maret 2016, dua tahun yang lalu ada temanku, seorang guru, bertanya padaku :
“Na... kamu kan mendalami ilmu psikologi, critical thinking dan edukasi, kira-kira gimana cara menyiapkan generasi mendatang?”

Aku bertanya balik :
“Lha apa yang diperlukan oleh anak-anak di masa depan?”
“Menghafal ilmu pengetahuan? Buat apa menghafal? Google sudah ada, Wikipedia juga. Search engine lain juga bermunculan. Kalau mau tahu sesuatu, tinggal comot buku atau tinggal click internet. Ya kan?”

“Iya, apalagi ilmu pengetahuan juga terus berkembang. Banyak temuan baru, sehingga ilmu lama jadi obsolate sudah nggak berlaku lagi”, jawabnya.

“Nah itulah, kan?”

“Jadi bagaimana, masa anak-anak nggak perlu sekolah karena semua informasi dan ilmu sudah ada di internet?” dia menggaruk-garuk kepalanya.

Aku ketawa. Ingat nasibku sendiri.
“Ku kasih tahu ya, aku ini sebenernya kewalahan lho dengan arus informasi seperti sekarang. Rasanya seperti kena banjir bandang.”

“Kenapa seperti kena banjir bandang?”

“Bayangkan saja, setiap hari kita dikepung dengan berita. Aku harus TERUS-TERUSAN menganalisa data dan informasi. Lalu memilah-milahnya : mana yang benar dan mana yang hoax. Belum lagi mencermati mana tulisan yang satir. Beberapa kali aku upload berita dan foto hoax. Padahal sudah kupilih sumbernya. Masih saja kecolongan.”

“Lalu?”

“Ya artinya, masalah generasi mendatang bukanlah KEKURANGAN ILMU, tapi apakah MAMPU BERPIKIR untuk mengolah atau memproses semua informasi yang ada..”

Lalu aku meneruskan,
“Artinya, sekolah-sekolah harus MEROMBAK KURIKULUMNYA. Harus mulai mengajarkan THINKING SKILL ke anak didik untuk memproses banyaknya info dan pengetahuan tersebut.”

Aku lalu bercerita...

Beberapa tahun lalu, seorang ahli pendidikan dari Cambridge datang ke sekolah anakku. Bikin seminar singkat buat para orangtua murid.

Dia cuma mengajukan 3 pertanyaan yang bikin kami mikir jungkir-balik ketika itu :

1. Sambil mengacungkan HPnya ke atas, dia tanya, "Dua puluh tahun lalu adakah yang bisa membayangkan bahwa telepon akan seperti sekarang ini? Bisa memotret, mencatat resep, berkirim surat dan dokumen, berkirim foto? Bisa menampilkan peta dan rute jalanan, bahkan bisa merekam kegiatan fisik Anda sudah berjalan kaki sejauh berapa kilometer dan sudah membakar berapa kalori? Sebuah telepon yang bisa dipakai membuat presentasi dan mengirimkannya ke benua lain?"

Saat itu ruang auditorium bergemuruh dengan suara-suara orangtua saling diskusi.

Dulu telpon cuma bisa buat bicara saja ya? Dan bisa SMSan saja sudah berasa canggih..

Lalu profesor dari Cambridge itu bertanya lagi :

2. “Sekarang, bisakah kita membayangkan, alat ini akan bisa apa saja dalam 10 th atau 20th ke depan?”

Ruang auditorium jadi senyap...
Entah apa yang ada di kepala para orangtua tsb, tapi aku berpikir jangan-jangan, 20 tahun lagi alat telpon sudah bisa jadi moda transport ke dimensi lain.

Sang profesor bertanya lagi :
“Jika kita bahkan tidak bisa membayangkan 25 th lagi kemajuan akan seperti apa... lalu bagaimana kita sebagai orangtua dan guru, bisa memberikan BEKAL? Bekal yang mana yang harus diberikan?”

Aku merasa seperti ulu hatiku ditonjok dengan keras.

Benar sekali..
Membayangkan masa depan saja, kita tidak mampu, bagaimana bisa memberi bekal ke anak-anak untuk menghadapi masa depan?

Tiba tiba guru itu, berseru,
“ROMBAK ULANG SEMUA MATA PELAJARAN..”

Betul. Sejak itu, sekolah anakku merombak sistem belajarnya:
70% waktu dipakai untuk belajar berpikir.
30%nya untuk mendalami materi.

Sebuah mata pelajaran baru diciptakan, namanya :

1. INQUIRY LEARNING
Di pelajaran ini, anak-anak diajarkan :

—> CARA BERTANYA. Kenapa? Karena, dengan skill bertanya yang baik, seseorang akan mendapatkan banyak jawaban.
Ingat Najwa Shihab? Dia tidak akan banyak mendapatkan informasi kalau nggak pintar bertanya.

—> MENCARI JAWABAN SECARA MANDIRI. Berapa banyak orang yang punya gadget? Hampir semua orang punya. Mulai dari anak SD, ibu rumah tangga, tukang jual bakso, sampai direktur. Tapi berapa banyak yang mampu mencari jawaban lewat internet lalu memilah-milah mana informasi yang valid dan yang hoax?

—> THINKING SKILLS (kemampuan berpikir kritis dan konstruktif)

2.Pelajaran Matematika juga dirombak. Memakai metode baru dimana rumus tidak lagi harus baku, tapi guru memberikan kebebasan bagi murid untuk mencari jawaban dengan aneka cara, proses, dan jalan. Bahkan, guru matematika melarangku memasukkan anakku ke les matematika yang bersifat drilling. Kenapa..? Karena yang dituju saat ini adalah : terbangunnya LOGIKA MATEMATIKA pada anak didik. Bukan cepet-cepetan memberikan jawaban, hasil dari drilling. Well, akhirnya terbukti sih. Anakku pernah jadi juara dua lomba matematika seAsia Tenggara, padahal gak pernah ikut les apa-apa.

Lalu anak didik mulai diajak melakukan :

3. Experimental Science.

4. Riset dan presentasi.

5. Membaca 1 buku setiap hari.

Di sekolah anakku, kewajiban membaca ini 'dipaksakan' dari kelas 1 SD sampai kelas 4 SD. Tiap hari harus mengisi reading log/daftar bacaan yg sudah selesai dibaca, dan ortu harus ikut baca dan kasih tanda tangan.

Anak harus ditanya :
- apa yg kamu tangkap dari bacaan ini?

Besoknya anak disuruh cerita di depan kelas, tentang isi bacaannya.
Guru-guru dituntut untuk menyemaikan  thinking skills, salah satunya dengan cara membiasakan diskusi 2 arah untuk membangun keterampilan berpikir.

Topik geografi dan sejarah, tetap diajarkan, tapi HANYA SEBAGAI MATERI BAHASAN (alias dipakai sebagai bahan diskusi) untuk mengembangkan KETERAMPILAN BERPIKIR yang tertuang di nomor 1, 3, dan 4 di atas.

Topik politik, agama, dinamika sosial juga dipakai (dengan cacatan : bukan sebagai bahan hafalan, tetapi latihan berpikir kritis dan mengembangkan nurani).

Praktik ini berlaku untuk SD & SMP.
Thinking skills harus digarap dengan sangat fokus di masa-masa ini.

Setelah ‘processor’ di kepalanya jadi, anak-anak akan siap memproses apa saja. Memikirkan dan merenungkan apa saja.

Mereka akan siap menghadapi zaman, yang kita (para guru dan ortu) tidak mampu membayangkan....

Dulu, tahun 1970an, kakekku pernah berpesan :
“Banyaklah belajar, jadilah GUDANG ilmu.”

Tapi, di tahun 2019 ini aku akan berpesan ke generasi muda:
“Banyaklah berpikir, jadilah PABRIK ilmu. Menciptakan ilmu dan temuan baru. Bukan cuma jadi gudang penyimpan ilmu. Urusan itu biar dilakukan oleh Google....”

_Terima kasih pada Dewi Maharani untuk sharingnya._

Sabtu, 27 Juli 2019

Kurikulum Allah

*KURIKULUM ALLAH*
_Ustadz Adriano Rusfi_

Semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini adalah rencana Allah, program Allah, blueprint Allah. Tak ada yang kebetulan dan tak ada yang sia-sia (3 : 190-191)

Setiap peristiwa hadir sebagai bagian dari sunnatullah, untuk merespons perilaku, permasalahan dan kebutuhan manusia. Musibahpun hadir sebagai jawaban atas ulah manusia (30 : 41)

Alhasil, atas kekuasaan Allah maka setiap peristiwa adalah pelajaran bagi manusia. Terjadinya sejumlah peristiwa “asbabun nuzul”nya adalah perangai  manusia itu sendiri, agar manusia belajar darinya.

Hebatnya lagi, setiap peristiwa yang Allah ciptakan dapat dimaknai dan diambil pelajarannya secara berbeda dan beragam oleh orang yang berbeda, sesuai dengan permasalahan dan kebutuhannya masing-masing. Itulah yang disebut dengan HIKMAH

Maka, apapun yang terjadi dalam kehidupan ini adalah KURIKULUM ALLAH. Seluruh peristiwa hadir untuk pendidikan dan pelajaran bagi kita dan anak-anak kita, sebagai bekal untuk menjalani kehidupan, di dunia dan akhirat.

Dengan demikian, pada dasarnya untuk menjalani kehidupan ini, untuk memiliki life skills dasar (Basic Life Competence), yang manusia butuhkan hanyalah Kurikulum Allah. Sedangkan Kurikulum rancangan manusia dibutuhkan untuk membangun kompetensi-kompetensi sekunder dan tingkat lanjut (Advanced Secondary Competence)

Dan agar anak-anak kita terdidik dengan Kurikulum Allah, yang kita butuhkan adalah :

Pertama, mencemplungkan anak-anak kita ke dalam realitas seutuhnya dengan penuh iman dan tawakkal pada Allah bahwa dia adalah pendidik, pemelihara dan pelindung terbaik anak-anak kita.

Kedua, berbaik sangka pada Allah, lingkungan dan kehidupan bahwa segala hal yang terjadi adalah penuh hikmah, pendidikan, maslahat dan manfaat bagi pendidikan anak-anak kita

Ketiga, membangun kepekaan ayahbunda dan anak terhadap terhadap segala peristiwa, dan bermujahadah penuh untuk mengambil pelajaran dan hikmah darinya.

Keempat, tidak “mengepung” anak dengan kurikulum-kurikulum akademik dan artifisial yang begitu padat, teknis dan rinci, sehingga anak-anak seakan terhalangi untuk belajar langsung dari Tuhannya. Kalau anak ingin belajar dari kurikulum Allah, maka :

*OPTIMALKAN YANG ALAMI DAN MINIMALKAN YANG REKAYASA*

#home education
#HebAT Community
#Fatherhood Forum