BERBAIK DIRI DALAM IMAN, ILMU, AMAL, AKHLAK

JIWA INI NYATA TELAH DIPERJUALBELIKAN UNTUK KEMENANGAN, MENUJU JANNAH YANG DINANTI

catatan manis

Jumat, 13 Mei 2011

Sayangi Diri Tanpa Riba

Sayangi Diri Kita
Menyayangi diri adalah kunci dari kesuksesan kita, menyayangi diri tak hanya dengan memperbaiki diri saja, namun menyayangi dri juga kita pertimbangkan dari aspek transaksi kita, jikalau transaksi kita berdampak buruk, apa yang kita konsumsi, apa yang kita simpan menjadi keburukan dan siksaan maka ini yang akan menyengsarakan kita kelak, ada larangan keras tentang transaksi muamalah ini yang berupa riba, banyak ayat menjelaskan keharamannya, kemudian hadist yang diperkuat pendapat ilmuwan tentang riba, ini bukan main-main tapi masih banyak yang menghiraukan tentang larangan ini, ya mungkin kelenaan yang ditawarkan setan terhadap riba ini sangatlah indah, saya ingin kembali menguatkan diri tentang keharaman ni, semoga bisa menjadi penguat dalam menghadapi akhir zaman yang penuh tantangan duniawi.
Dari segi bahasa, riba berarti tambahan atau kelebihan. Sedangkan dari segi istilah para ulama beragam dalam mendefinisikan riba.
  • definsi yang sederhana dari riba adalah ; pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal, secara bathil. (baca ; bertentangan dengan nilai-nilai syariah).
  • Definisi lainnya dari riba adalah ; segala tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut
riba merupakan segala bentuk tambahan atau kelebihan yang diperoleh atau didapatkan melalui transaksi yang tidak dibenarkan secara syariah
tahapan pelarangan riba
Tahap pertama dengan mematahkan paradigma manusia bahwa riba akan melipatgandakan harta.
QS. 30 : 39 ; “Dan sesuatu tambahan (riba) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, mak riba itu tidak menambah pada sii Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.
. Tahap kedua : Memberitahukan bahwa riba diharamkan bagi umat terdahulu.
QS 4 : 160 – 161 : “Maka disebabkan kezaliman orang-orang yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi manusia dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dialarang dari padanya, dan karena mereka harta dengan cara yang bathil. Kami telah menyediaka nuntuk orang-orang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih”.
Tahap ketiga : Gambaran bahwa riba secara sifatnya akan menjadi berlipat ganda.
(QS. 3:130), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Tahap keempat : Pengharaman segala macam dan bentuk riba.
QS. 2 : 278 – 279 ; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan seluruh sisa dari riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Alla hdan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula diani
Dampak Pemakan Riba
  1. Orang yang memakan riba, diibaratkan seperti orang yang tidak bisa berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan, lantaran (penyakit gila). (QS. 2 : 275).
  2. Pemakan riba, akan kekal berada di dalam neraka. (QS. 2 : 275).
  3. Orang yang “kekeh” dalam bermuamalah dengan riba, akan diperangi oleh Allah dan rasul-Nya. (QS. 2 : 278 – 279).
  4. Seluruh pemain riba; kreditur, debitur, pencatat, saksi, notaris dan semua yang terlibat, akan mendapatkan laknat dari Allah dan rasul-Nya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : “Dari Jabir ra bahwa Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, yang memberikannya, pencatatnya dan saksi-saksinya.” Kemudian beliau berkata, “ Mereka semua sama!”. (HR. Muslim)
  5. Suatu kaum yang dengan jelas “menampakkan” (baca ; menggunakan) sistem ribawi, akan mendapatkan azab dari Allah SWT. Dalam sebuah hadtis diriwayatkan : “Dari Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah suatu kaum menampakkan (melakukan dan menggunakan dengan terang-terangan) riba dan zina, melainkan mereka menghalalkan bagi diri mereka sendiri azab dari Allah.” (HR. Ibnu Majah)
  6. Dosa memakan riba (dan ia tahu bahwa riba itu dosa) adalah lebih berat daripada tiga puluh enam kali perzinaan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : “Dari Abdullah bin Handzalah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang dan ia mengetahuinya, maka hal itu lebih berat dari pada tiga puluh enam kali perzinaan.” (HR. Ahmad, Daruqutni dan Thabrani).
  7. Bahwa tingkatan riba yang paling kecil adalah seperti seoarng lelaki yang berzina dengan ibu kandungnya sendiri. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : “Dari Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Riba itu tujuh puluh tiga pintu, dan pintu yang paling ringan dari riba adalah seperti seorang lelaki yang berzina dengan ibu kandungnya sendiri.” (HR. Hakim, Ibnu Majah dan Baihaqi).
  8. Sebagai bentuk maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, Rasulullah saw bersabda, “Setiap umatku dijamin masuk surga kecuali yang enggan”. Para shahabat bertanya, “Siapa yang enggan masuk surga wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Barangsiapa yang ta’at kepadaku pasti masuk syurga dan barangsiapa yang berbuat maksiat (tidak ta’at) kepadaku itulah orang yang enggan (masuk surga)”. (HR.al-Bukhari)
  9. Ibadah haji, shadaqah dan infak dalam bentuk apapun tidak diterima
    oleh Allah subhanahu wata’ala kalau berasal dari hasil riba, Rasulullah
    shallahu ‘alahi wasallam bersabda dalam hadits yang shahih, “Sesunguhnya
    Allah itu baik dan Dia tidak menerima kecuali dari hasil yang baik”.
  10. Allah subhanahu wata’ala tidak mengabulkan doa orang yang memakan
    riba, Rasulullah shallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Ada seorang yang
    menengadahkan tangannya ke langit berdo’a, “Ya Rabbi, Ya Rabbi, sementara
    makanannya haram, pakaiannya haram, dan daging yang tumbuh dari hasil yang
    haram, maka bagaimana mungkin do’anya dikabulkan.” (HR.Muslim)
  11. Hilangnya keberkahan umur dan membuat pelakunya melarat, Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seseorang memperbanyak harta kekayaan dari hasil riba, melainkan berakibat pada kebangkrutan dan melarat.” (HR.Ibnu Majah).
  12. Sistem riba menjadi sebab utama kehancuran negara dan bangsa.
    Realiti menjadi saksi bahwa negara kita kini mengalami krisis ekonomi dan
    keadilan yang tidak stabil karana penerapan sistem riba, ini disebabkan para
    petualang riba memindahkan simpanan kekayaan mereka ke negara-negara yang memiliki ekonomi kuat untuk memperoleh bunga riba tanpa memikirkan
    maslahat di dalam negeri sendiri, sehingga negara kini mengalami pertumbuhan yang lembab.
  13. Pengembangan kewangan dan ekonomi dengan sistem riba merupakan
    penjajahan ekonomi secara sistematik dan diselubungi oleh negara-negara
    pemilik modal, dengan cara pemberian pinjaman lunak. Ini akan menyebabkan hilangnya atau lenyap bangsa kita untuk menopoli ekonomi negara sendiri.
  14. Memakan riba menjadi sebab utama su`ul khatimah, karana riba ini merupakan
    bentuk kezaliman yang menyengsarakan orang lain, dengan cara menghisap
    “darah dan keringat” pihak peminjam, itulah yang disebut rentenir atau
    lintah darat.
  15. Pemakan riba akan bangkit di hari Kiamat kelak seperti orang gila dan
    kesurupan. Ayat yang menyebutkan tentang hal ini, menurut Syaikh Muhammad
    al-Utsaimin memiliki dua pengertian, yakni di dunia dan di hari Kiamat
    kelak. Beliau menjelaskan bahwa jika ayat itu mengandungi dua makna, maka
    dapat diertikan dengan keduanya secara bersamaan. Yakni mereka di dunia
    seperti orang gila dan kesurupan serta bertingkah laku seperti orang kerasukan
    syaitan (tidak peduli dan mementingkan diri). Demikian pula di Akhirat
    mereka bangun dari kubur juga dalam keadaan seperti itu.
Riba Menurut para ilmuwan barat
Plato menganggap bunga sebagai alat si kaya mengeksploitasi si miskin, dan Aristoteles meyakini bahwa uang sebagai alat tukar yang tidak bertambah dengan bunga. Dalam End of Economics (1991), Umar Vadillo mengatakan bahwa sebagian orang Romawi, Seneca dan Cicero berargumentasi dengan keras terhadap praktik riba, dan di kalangan orang Kristen awal; Nysennas, Augustinus,dan Acquinas juga menolak bunga.
Reformis agama Kristen, Luther dan Zwingli mengutuk riba, tetapi reformis Jean Calvin adalah yang pertama mendukung riba; satu abad kemudian penerusnya Claude Usury (1638) menulis, mengambil bunga pinjaman diperlukan untuk mencapai keselamatan. [Umar Vadillo: The End of Economic (1991)]
Kemudian mereka menghubungkan dampak riba dangan argumentasi entropi
Uang yang disimpan di bank dapat meningkat jumlahnya menuju tak berhingga. Sementara aset fisik akan meluruh menuju ”nol” sesuai dengan hukum entropi. Federick Soddy dan kemudian dikembangkan oleh Nicolas GR dalam Entropy Law and The Economic Process (1971) mengambil contoh peminjaman roti. Kalau seseorang meminjam 100 iris roti pada tahun 20 M dan sepakat dengan bungan 5%, maka dalam sistem bunga-berbunga, setelah 2 tahun dia harus membayar sejumlah 110,25 iris roti. Bisa anda bayangkan, berapa iris roti yang harus dibayar pada tahun 1995. Jangan terkejut kalau jumlahnya adalah F=100(1+0,05)1975 = 7,06 x 1043. Jumlah yang sangat fantastis. Tidak akan ada yang mampu membayarnya, bahkan jika setiap orang yang hidup di bumi berhasil menyimpan roti sebanyak 10 juta iris setiap hari selama hidupnya. Padahal realitasnya, roti pasti membusuk setelah beberapa hari. Fenomena yang ganjil, karena matematika yang digunakan bertentangan dengan realitas fisik kehidupan. Roti membusuk, sementara uang tidak. Roti bekerja mengikuti hukum alamiah-entropi, sementara uang tidak.
Aaaah inilah yang membuat kita menyakiti diri, banyak hal yang tidak kita sangka ternyata berakibat fatal bagi kehidupan kita, semoga kita bukan termasuk orang yang diperangi dan dilaknat Allah, bukan orang yang dihidupkan kembali dalam keadaan gila,… semoga tidak, mari disinilah fungsi kita untuk saling mengingatkan, saling berkasih sayang dengan bernasehat… Cintailah diri kita sepenuh hati dengan menhindari setiap apa yang diharamkan kepada kita. Kalo bukan kita siapa lagi yang mencintai diri secara total..
Wa’allau a’allam bi showaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar