BERBAIK DIRI DALAM IMAN, ILMU, AMAL, AKHLAK

JIWA INI NYATA TELAH DIPERJUALBELIKAN UNTUK KEMENANGAN, MENUJU JANNAH YANG DINANTI

catatan manis

Jumat, 03 September 2010

MENUMBUHKAN JIWA NASIONALISME DENGAN PERILAKU KONSUMSI SEHARI-HARI KITA MELALUI PROSES PEMBINAAN DI RAMADHAN

Hmmm, nasionalisme dengan perilaku konsumsi kita? Hubungannya apa ya?
Sebagian kita pasti bertanya demikian hubungannya apa ya…antara nasionalisme, perilaku konsumsi dan puasa….
Nah begini kawan kawan kita coba melihat fenomena yuuk. Di bulan ramadhan ini pasti kita melihat pasar-pasar, mall-mall ramai oleh pengunjung untuk membeli barang-barang kebutuhan lebaran, sah-sah aja sih ketika kita mau beli barang-barang untuk membeli barang-barang kebutuhan lebaran namun fenomena yang terjadi adalah momentum lebaran seakan-akan menjadi momentum menuju kemerdekaan hakiki yang patut untuk dirayakan sehingga masyarakat sering membeli barang yang berlebih-lebihan contoh pakaian yang sebenarnya kalau kita lihat di almari kita masih banyak sekali pakaian-pakaian yang layak pakai dan bagus-bagus ya maklum sih kan kita akan ketemu banyak orang maka harus ganti dengan yang baru tapi apakah itu parameter kemenangan kita dihadapan Allah, belum lagi pada kue-kue yang selalu disediakan di rumah-rumah kita selalu penuh satu meja bahkan tidak hanya satu meja, ya mungkin ini untuk menjamu tamu tapi…. Haruskah seperti ini karena dinegara lainpun tidak semegah seperti Negara Indonesia tercinta ini, lupakah kita masih banyak warga miskin yang kekurangan pada saat lebaran walaupun mereka sudah diberi zakat fitrah tapi itu tak cukup ya itu semua tak cukup. Sahabat Rasul Umar bin khattab memberikan contoh kesederhanaan dalam kehidupan kita termasuk perayaan kemenangan, beliau tidak membiarkan rakyatnya kelaparan pada saat hari raya bahkan hari-hari biasapun Beliau rela hidup sederhana demi kesejahteraan rakyatnya, sedangkan kita?...duuuh mungkin dah banyak uang yang beredar di masyarakat sehingga memudahkan masyarakat untuk mengkonsumsi menjelang lebaran, ya THR yang diberikan menjadi berkah tersendirti juga bias menjadi penyumbang inflasi di Indonesia…
Lho mengapa jadi penyumbang inflasi juga dengan peredaran uang? Sekarang begini uang yang beredar di masyarakat semakin banyak maka nilai mata uang itu sendiri lebih rendah, banyaknya uang beredar yang kurang diimbangi dengan peredaran bahan pokok maka akan menyebabkan kekurangan bahan dan kelebihan uang yang beredar di masyarakat sehingga harga-harga barang cenderung naik, coba perhatikan kawan menjelang hari raya pasti barang-barang mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi yah al itu wajar karena kebutuhan semakin meningkat, peredaran uang semakin banyak dan barang-barang yang ada di masyarakat tidak sein=mbang dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.. nah kalau kita perhatikan secara seksama maka sebenarnya penyebab inflasi itu adalah dari individu-individu kita sendiri, semakin kita boros dan mudah sekali mengkonsumsi maka kita juga sebagai penyumbang untuk inflasi Negara tercinta ini selain dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dalam pendistribusian barang, inilah kawan kalau kita berani melihat fenomena Indonesia menjelang lebaran kita akan sangat dimanfaatkan oleh warga asing untuk menyedot kekayaan yang sebesar-besarnya dari budaya komsumeristik bangsa Indonesia ini, kita lihat saja barang-barang elektronik dari luar negeri saja sangat laku keras di Indonesia seperti produk-produk cina karena Indonesialah sasaran empuk untuk pasar mereka.
Semangat nasionalisme itu bias kita pupuk dari perilaku konsumsi kita, jikalau kita tidak memboros-boroskan dalam mengkonsumsi maka kita akan bias mengurangi tingkat inflasi bangsa ini jika dalam suatu Negara mempunyai prinsip-prinsip ekonomi syariah yang salah satunya adalah mengkonsumsi bukan berdasar pada keinginan tetapi kebiutuhan yang benar-benar dibutuhkan maka Negara ini tidak akan mudah di tipu daya oleh produk-produk asing yang hanya menipu pandangan mata bukan sebagai kebutuhan yang sangat urgent
dalam surat al isra 16 disebutkan:
"Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu(supaya m...enaati Allah), tapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, mk sudah sepantasnya berlaku perkataan, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya". Maukah kita menjadi negeri yang akan dibinasakan Allah karena kemewahan kita?

Begitu mulianya islam dalam mengatur setiap kehidupan kita bahkan pada setiap transaksi ekonomi sudah diatur dalam islam agar kita tidak tersesat dan menuju keseimbangan di dunia ini.
Ramadhan adalah momentum untuk melatih diri agar mengurangi nafsu-nafsu kita termasuk mengkonsumsi karena selama ini sering sekali kita mengkonsumsi bukan berdasar pada kebutuhan yang sangat penting tapi sering kepada keinginan-keinginan semata, apakah itu tujuan mengkonsumsi kita, mengkonsumsi juga mempunyai tujuan untuk mencapai falah(kemenangan)bisa dikatakan juga kesejahteraan bukan kemewahan. Apakah ramadahan ini mampu membawa kita kepada falah(kemenangan) dari perbudakan nafsu keinginan yang senatiasa merong-rong jiwa dalam setiap transaksi kita? Akhir ramadhan bukan hanya untuk kemenangan atas ketakwaan kita tapi konsumsi kita perlu kita pertanyakan sudah menangkah apa belum? Sudah merdeka atau belum?
Sungguh indah islam mengajarkan kepada kita, tinggal kita mau melaksanakan atau tidak, kalau kita mencintai islam, Negara ini maka salah satu bentuk konkret dalam setiap transaksi kita adalah jangan berlebih-lebihan karena Allah tidak menyukai sikap berlebih-lebihan..


Wallahu a’alam bi showaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar